Metamorfosis Putih Abu-Abu: Awal dari Sebuah Permulaan
Tak banyak hal yang mempunyai akhir itu memiliki sebuah awal.Dan masa masa yang dialami itu tak lepas dari kisah pertama berjudul orientasi.Masa masa dimana aku bukan kamu,dan kamu bukan aku.Ideologi lama masih terus diseret hingga terkelupas,semua akan terbang dan semua akan berubah.Jelmaaan arti dari kata "kita" yang sesungguhnya.Aku tak hanya akan jadi aku yang sesaat,percayalah dan aku akan pinjamkan pundak ini untukmu bersandar.Lama atau tidak biarkan waktu dan lingkungan yang mengatur.Jalani dan temukan indahnya,lalui dan akhiri sesuka hatimu.
Siang itu mungkin hanya aku yang akan berfikir bahwa aku belum siap,belum siap untuk mengawali sebuah revolusi.Yang tidak aku harap indah,yang tidak aku duga akan menjadi terang benderang.Namun aku salah rupanya.Lambat laun tertanamlah fondasi yang berakar dan beranak pinak di dasar hati dan pemikiranku.Dan hal itu adalah bahwa Aku dan kamu sama,sama sama tertawa,sama sama bersedih,dan bersama sama pula mencoba lewati masa keemasan kita.Tak banyak yang bisa aku pahami di awal,intinya tak berinti.Awalnya tak berawal,tampaknya tak tampak.
Perkenalan aku awali dengan beberapa orang yang aku anggap asing,dari sana aku tau namanya,lalu masa lalunya,lalu sifatnya,kemudian kebiasaannya.Dan hipotesa yang aku dapatkan hanyalah pemikiran simpel bahwa awal yang bagus tidak menentukan akhir yang bagus.Tengok saja si Tama,pemuda berbadan besar disana.Yang jangkung bernama Ditya,dan yang gagah itu bernama Ari.Ada lagi sosok yang pemikirannya tampak brilian itu,ia begitu merdeka menjalani hidupnya,adalah Isnan yang separuh dari kisahku disini dihabiskan bersamanya.Kami bersama tumbuh menjadi sebuah karakter,dimana ada ceria dan tawa,di situ pula kami ada.
****
Aku pulang akhirnya,orangtua ku disana.Mereka bertanya yang aku alami di sekolah biru itu. "Baik. Dan semoga tetap baik hingga akhirnya nanti" gumamku. Dan ayah melanjutkan wejangan yang berbalut konspirasinya itu "nikmati hidupmu,kamu yang sekarang adalah kamu yang dewasa.Bertemanlah,dengan teman kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau.Tapi ingat dalam artian positif disini" .Aku dengarkan nasihatnya,mencoba tuk selami artinya,dan berharap aku bisa membahagiakan mereka dengan manuruti keinginan mereka.Tapi aku salah,aku berubah.Berbohong telah menjadi santapan sehari hariku,Asap dari gumpalan filter telah menjadi udara yang aku hirup,dan arloji yang menunjukkan angka 01:00 telah menjadi tanda untuk aku pulang kerumah.Bukan 14:00,sesuai yang mereka tulis di jadwal.
****
Pertemanan yang membuatku hidup disini.Aku bisa menjadi jinak kerena mereka,aku bisa menjadi liar karena mereka pula.Dan inilah yang aku rasa : saat yang tepat untuk mencari pendamping hidup! dan pilihan pertama jatuh pada sesosok perempuan berjilbab putih itu.Bukan dari ukuran mungilnya yang membuatku tertarik,bukan dari suara manjanya yang membuatku terpana,bukan dari raut wajah cantiknya yang membuatku terpesona,bukan dari tutur kata ramah dan lemah lembutnya yang membuat aku terpana.Atau dari kecerdasannya....Bukan dari itu-itu saja,tapi aku suka semuanya.Bermacam jurus sederhana telah aku coba,berbagai kata telah aku rangkai untuk coba merayunya.Bagiku saat itu,Ia hanyalah sosok putih ditengah tengah kumpulan hitam.Dan mumpung aku punya kesempatan,mengapa tak kuwujudkan?toh dukunganku ada beberapa.
Suatu hari Isnan bertanya padaku "Bagaimana kamu dengannya?sejauh apa?",bukanlah sebuah pembicaraan jika tak ada jawaban.Dan sebuah jawaban lemah pun keluar dari tubuh pemuda kurus ini "tinggal tunggu waktu saja,usaha sudah,doa sudah...berarti tinggal hasil bro..." dan sebuah kata kelegaan terlepas dari mulut Isnan "oh syukurlah,amin amiin".Sejenak aku bosan ,aku hanya berfikir bahwa terus mendekati sebuah hati hanya akan membuatku jatuh,jatuh terperosok dalam sebuah jurang yang mengurungku.Mengurung jiwa dan ragaku dari dunia luar yang selama ini membuatku ada...pertemanan yang baru saja aku awali.
(bersambung)...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar